Rabu, 18 Februari 2015

Menanti kehadiran buah hati (1)

Rangsit, 19 Februari 2015

Kita tidak akan pernah tau yang akan terjadi di masa yang akan datang. Semuanya masih tersimpan rapi sampai waktunya tiba . Sekuat tenaga kita menolak sesuatu, jika kata Alloh "Kunfayakun" maka hal itu akan terjadi, begitu juga dengan sengotot apapun kita berusaha mewujutkan keinginan kita, jika belum rezeki kita, maka tidak akan perah kita dapatkan.

Tidak akan saya lupakan hari bersejarahitu, 17 Juni 2012. Pada hari itu saya resmi menjadi seorang istri. Pada awalnya saya dan suami ingin menunda mendapatkan momongan, mengingat saya dan suami muali dekat 3 bulan sebelum hari pernikahan, jadi setahun diawal mau pacaran dulu.

Selang beberapa hari setelah pernikahan, kami memutuskan untuk mengganti rencana, yaitu tidak akan menunda kehadiran seorang anak, kami ingin segera memiliki buah hati. Sayang sekali, bulan berikutnya saya haid, begitu juga dengan bulan-bulan berikutnya tamu langganan saya selalu datang.

Jelang 4 bulan setelah pernikahan, rekan-rekan kerja saya mulai bertanya apakah saya sudah hamil atau belum, ibu dan ibu mertua juga sudah mulai bertanya. Awalnya saya anggap angin lalu dan tidak ambil pusing. 

6 bulan setelah pernikahan, ibu saya memberi ramuan untuk saya minum setiap pagi, kurma kering yang ditumbuk dan diseduh air hangat kalau tidak salah. Cuma karena saya juga malas minum, akhirnya ga rutin, dan tamu bulanan tetep datang. Ibu saya tidak kehabisan akal, saya dibawa pijet tradisional atas saran tante saya (adik ibu yang bungsu). Akan tetapi tidak juga ada tanda-tanda akan kehadiran bayi diperut saya. Dan saya juga dilarang untuk menggunak high heels lagi. karena sehari-harinya saya menggunakan hak 7 cm, paling ga 5 cm. :D. Saya ikuti juga, dan saya rela pakai sepatu teplek yang membuat saya tidak tinggi lagi, huwaaaa...

7 bulan setalh pernikahan, saya mulai galau, karena teman-teman saya mulai mengkhawatirkan keadaan saya. Maka tanpa sepengetahuan orang tua, saya minta izin sama suami untuk ke dokter kandungan. Sayang sekali pada saat itu saya berangkat sendiri karena waktu kosong antara saya dan suami berbeda dan saya tidak sabar ingin ke dokter. Jadilah saya ke dokter dan diberi vitamin seabrek. Melihatnya saja saya udah males duluan. Ditambah dengan saya harus dtanag ke dokter tsb lagi jika bulan depan saya haid. Datang di hari pertama haid bersama suami.

Entah karena faktor saya yang sibuk kerja, saya suka lupa minum vitaminnya, rajinnya 3 hari doank. Padahal lumayan juga harganya pada saat itu.  Sayang sekali saya masih haid dan dengan terpaksa saya datang lagi ke dokter bulan lalu bersama suami. 

Pada hari itu, rahim saya diperiksa dengan cara (*maaf) sebuah alat di masukkan ke dlm va***a saya, dan saya terpaksa buka CD padahal hari itu sedang banyak-banyaknya. Mungkin karena saya malu daerah pribadi saya dilihat sama orang asing walau sesama perempuan, saya tegang, dan ketika benda itu masuk, saya kesakitan. Dan dari hasil pemeriksaan, diketahui bahwa sel telur saya kecil. Lagi-lagi vitamin seabrek yang saya pulang, dengan catatan tambahan jika bulan depan haid lagi, maka datang di hari pertama haid. Sesampainya di rumah saya sesenggukan, saya ga mau periksa lagi jika ada benda asing di masukkan. hahahaha, lebaii ya waktu itu

Bulan ke -9 setelah menikah, saya tetap haid dan saya putuskan untuk tidak melanjutkan eriksa di dokter lagi karena percuma juga menurut saya, jika saya belum disiplin minum vitamin dan kesibukan saya bekerja tiap hari. 

Alhamdulillah, ternyata Allah belum memberi anak karena di bulan ke-10 pernikahan kami mendapat kabar bahagia yang lain, suami saya di terima menjadi mahasiswa doktoral di SIIT, Thammasat, Thailand dan akan berangkat ulan depannya. Karena saya masih mengharapkan segera diberi momongan, maka dengan Bismillah, saya keluar dari kerjaan dan ikut suami ke negeri gajah putih ini. Selamat tinggal program kehamilan semoga dengan saya menjadi IRT, saya tidak sibuk dan segera hamil. Itulah harapan saya di bulan terkahir saya di Indonesia sembari mempersiapakn segala sesuatu hidup d luar negeri jauh dari sanak saudara handai tolan.

Di sinilah saya sekarang di negeri yang mayoritas beraga Budha, menemani suami menuntut ilmu sembari berikhtiar dan berdoa agar buah hati segera melengkapi pernikahan ini. Tapi apa mau dikata? Rencana saya ikut suami agar segera memiliki anak, ternyata Allah memberi saya rezeki lain. saya di terima menjadi mahasiswa di kampus yang sama dengan suami. Jadilah saya dan suami sekarang sepasang pelajar dari Indonesia yang sedang berjuan dinegeri orang, Suami belajar kimia dan saya belajar fisika. 

Sekarang usia pernikahan kami sudah menginjak 2 tahun 8 bulan. Kadang saya tidak percaya, bahwa cepat sekali waktu berputar. Bagaimana dengan ikhtiar kami? Kami tidak pernah lelah ikhtiar tidak juga putus berdoa agar Allah segera melengkapi pernikahan ini dengan kehadiran bayi ditengah-tengah kami. Alhamdulillah juga, tidak ada orang yang iseng bertanya menagapa kami belum punya anak. Malahan mereka heran, menagapa saya nikah muda? hehe, Saya rasa kalau di Indonesia nikah diumur 24 tahun, sudah pantas dan tidak kemudaan.

Sampai saat ini, saya dan suami masih menanti kehadiran buah hati. Semoga Allah selalu segera memenuhi  hajat kami. aamiin

رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
Artinya: Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh. (As-Shaffat: 100)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar